Ikan Redfin Albino (Ephalzeorhynchus frenatus) merupakan ikan hias bewarna putih yang memiliki sirip tubuh merah. Dengan warna yang menarik yang diperlihatkan oleh Redfin Albino membuat para pecinta ikan hias lokal maupun mancanegara senang untuk memeliharanya dengan ditandai dengan semakin meningkatnya permintaan pasar lokal maupun mancanegara terhadap Redfin Albino.
Kegiatan pembenihan merupakan suatu kegiatan yang mendasar dalam proses budidaya ikan. Kegiatan pembenihan menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan akan menjadi komponen input bagi kegiatan pendederan dan pembesaran. Dengan adanya kegiatan pembenihan, maka ketersediaan benih untuk kegiatan pendederan, dan pembesaran terpenuhi. Kegiatan ini dilaksanakan di Vizan Farm Sawangan, Depok, karena tempat ini telah lama bergerak dalam bidang pembenihan ikan hias terutama Redfin Albino dan juga memiliki lokasi yang sangat strategis serta mudah dijangkau. Farm ini juga masih produktif dan kontinyu dalam usaha pembenihan Redfin Albino dan juga memiliki fasilitas utama dan teknologi penunjang yang cukup lengkap.
II. FASILITAS PEMBENIHAN
Fasilitas yang terdapat di Vizan Farm terbagi atas dua yaitu fasilitas utama dan fasilitas pendukung kegiatan pembenihan. Fasilitas utama yang terdapat di farm tersebut antara lain wadah berupa bak tandon, akuarium pemeliharaan induk, akuarium pemberokkan, box sterofoam pemijahan, box sterofoam larva, dan bak terpal pemeliharaan benih. Sistem aerasi yang didukung oleh 1 buahblower. Sedangkan fasilitas pendukung pembenihan yang terdapat di farm tersebut antara lain : bangunan yang terdiri dari hatcheri indoor, kantor utama, mushola, ruang genset, kamar tidur, ruang makan, toilet, dapur, dan motor suzuki.
III. KEGIATAN PEMBENIHAN
3.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Sebelum pemijahan induk, sebaiknya dilakukan persiapan wadah yang baik agar proses pemijahan dapat berlangsung dengan sempurna. Pemijahan redfin albino di Vizan farm menggunakan wadah box sterofoam. Dalam penggunaan box sterofoam yang sangat di nilai adalah dari segi kestabilan suhu dalam waktu pemijahan dan penetasan. Faktor suhu sangat penting dalam proses pemijahan, karena perubahan suhu akan mempengaruhi pemijahan. Persiapan wadah diawali pencucian wadah pemijahan berupa box stereofoam yang bertujuan untuk meminimalisir serangan bakteri patogen akibat wadah yang kotor.
Box sterofoam yang di gunakan berukuran 80 x 40 x 30 cm. Box terlebih dahulu di cuci dengan air bersih sampai kotorran yang menempel tidak ada. Setelah pencucian, box di bilas dengan air bersih. Box yang sudah bersih di susun rapat pada tempat yang sudah di tentukan. Setelah box disusun di lakukan pengisian air dan pengaturan aerasi. Air dipompa langsung dari tandon dan di alirkan melalui selang yang berukuran ¾ inch. Air di isi dengan ketinggian 20 cm.
3.2 Sampling Kematangan Gonad
Kegiatan seleksi induk dilakukan untuk memilih induk yang matang gonad dan siap dipijahkan. Induk betina matang gonad, secara fisik ditandai dengan perut yang membundar, lembek bila diraba. Bobot induk sekitar antara 28- 35gr, panjang sekitar 8- 12 cm dan berumur minimal 8 bulan. Sedangkan induk jantan, ditandai dengan adanya sperma waktu dilakukan penyitripiingan. Bobot indukan jantan sekitar 23- 28 gr, panjang sekirar 6- 9 cm dan berumur minimal 6 bulan.
3.3 Pemberokan
Pemberokan bertujuan untuk mengosongkan isi perut sehingga induk yang ada benar- benar membesar perutnya karena berisi telur, bukan karena kekenyangan atau karena lemak. Induk-induk hasil seleksi kemudian diberok (di puasakan). Pemberokan dilakukan selama 24 jam dalam akuarium pemberokan, berukuran 60x40x30cm. Pemberokan dilakukan secara terpisah antara induk jantan dan betina untuk menghindari pemijahan yang tidak di inginkan.
3.4 Rangsangan Pemijahan
Teknik pemijahan yang digunakan adalah teknik pemijahan secara semi alami, yaitu dengan melakukan menyuntikkan hormon pada induk betina dan jantan. Pada induk betina penyuntikan dilakukan untuk merangsang ovulasi dan pada induk jantan untuk merangang sperma. Sebelum penyuntikan, dilakukan penimbangan induk yang akan dipijahkan. Berdaasarkan berat induk ini, dapat dihitung volume larutan ovaprim yang telah di encerkan, yaitu 0,5 ml/kg bobot tubuh induk untuk betina, sedangkan pada induk jantan 0,3 ml/kg bobot tubuh. Pengenceran ovaprim menggunakan Larutan Fisiologis (NaCl 0,9%). Untuk memperoleh dosis larutan fisiologis yaitu dengan menghitung seberapa banyak ovaprim yang digunakan, karena perbandingan ovaprim dan larfis 1 : 1.
Jadi dalam 1 siklus pemijahan, penyuntikan di lakukan pada 2 pasang indukan sebesar 0,09 ml yang terdiri dari ovaprim dan NaCl 0,9 %.
Penyuntikan dilakukan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB atau pukul 20.30 WIB. Penyuntikan dilakukan satu kali secara intramuscular, yaitu penyuntikan pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur yaitu 10-14 jam pada suhu 23-260C. Setelah dilakukan penyuntikan terhadap induk jantan dan betina di campurkan pada box sterofoam berukuran 90x40x30cm dengan dosis 1 pasang induk dalam 1 box. Selang waktu 10 -14 jam setelah penyuntikan, terjadi pemijahan.
3.5 Penetasan Telur
Telur redfin albino akan menetas dalam jangka waktu 40- 50 jam. Telur menetas tetap di dalam akuarium pemijahan. Induk dikeluarkan setelah induk mengeluarkan telur secara keseluruhan. Induk dipindahkan ke akuarium pemelihraan. Telur yang tidak menetas segera disifon untuk menjaga kualitas air agar tidak tercemar karena pembusukkan telur yang tidak menetas. Telur yang menetas akan di kasi makan setelah kuning telur habis atau sekitar 2-3 hari setelah menetas. Pakan pertama yang diberi pada larv ayakni kuning telur yang direbus terlebi dahulu.
3.6 Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara di box sterofoam sampai berumur 10 hari. Setelah berumu 10 hari larva di hitung dan padat tebar dikecilkan dengan menambah 8 buah box sterofoam sebagai pemeliharaan lanjutan.
3.6.1 Manajemen Pemberian Pakan
Larva mulai diberi pakan pada hari ketiga atau menjelang kuning telur di tubuh habis (perubahan endogeneus ke eksogeneus). Pakan pertama yang di beri berupa rebusan kuning telur.
Pemberian kuning telur pada larva selama 3 hari, atau larva dari umur 3 hari samapai berumur 5 hari. Pemberian pakan kuning telur dua kali sehari pada jm8 dan jam 4 sore. Pada umur ke 6 larva diberi pakan artemia. Pemberian pakan artemia dilakukan selama 7 hari. Artemia diberikan dengan dosis pemberian 4 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 21.00 WIB. Dosis artemia yan diberikan sebanyak 0,25 gr/ hari. Larva yang akan diberi terlebih dahulu di kultur pada bak kultur pakan alami. Artemia dikultur sehari sebelum pemberian pakan. Pemberian artemia akan berhenti setelah larva berumur 12 hari.
Setelah pemberian artemin atau larva berumur 12 hari dilakuakn penjarangan. Penjarangan dilakukan dngan menambah 8 buah
Pemberian kuning telur pada larva selama 3 hari, atau larva dari umur 3 hari samapai berumur 5 hari. Pemberian pakan kuning telur dua kali sehari pada jm8 dan jam 4 sore. Pada umur ke 6 larva diberi pakan artemia. Pemberian pakan artemia dilakukan selama 7 hari. Artemia diberikan dengan dosis pemberian 4 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 21.00 WIB. Dosis artemia yan diberikan sebanyak 0,25 gr/ hari. Larva yang akan diberi terlebih dahulu di kultur pada bak kultur pakan alami. Artemia dikultur sehari sebelum pemberian pakan. Pemberian artemia akan berhenti setelah larva berumur 12 hari.
Setelah pemberian artemin atau larva berumur 12 hari dilakuakn penjarangan. Penjarangan dilakukan dngan menambah 8 buah
box sterofoam untuk pemeliharaan larva. Box sterofoam di isi sir sehari sebelum dilakukan penjarangan. Pada proses penjarangan jga dilakukan penghitungan larva agar dapat menetukan derajat penetasan redfin albino. Pada penghitungan di dapat jumlah larva sebanyak 10.125 ekor. Pada umur 13 hari larva redfin diberi pakan kutu air. Pemberian kutu air dilakukan selama 14 hari. Pemberia kutu air berguna untuk penyeragaman ukuran benih. Kutu air yang diberikan berupa kutu air beku. Pemberian kutu air sebanyak 4 sendok makan/hari. Pemberian kutu air dua kali sehari yakni pada pukul 07.00, dan pukul 21.00 WIB. Kutu air diberikan dengan cara melarutkan kutu air terlebih dahulu dengan air. Kutu air beku yang digunakan harus dilarutkan agar kutu air dapat dimakan oleh larva.
3.7 Pengelolaan Kualitas Air
Dalam pengelolaan kualitas air yang dilakukan seperti penyifonan kotoran bekas pakan dan larva yang mati. Pengecekkan kulaitas air dilakukan setiap hari. Penyifonan hanya dilakukan jika air sdah kelihatan jusam karena sisa pakn. Untuk penambahan air dilakukan menggunakan selang air kecil berukurn ¼ inch yang langsung dipompa dari tandon.
3.8 Pemanenan Larva
3.7 Pengelolaan Kualitas Air
Dalam pengelolaan kualitas air yang dilakukan seperti penyifonan kotoran bekas pakan dan larva yang mati. Pengecekkan kulaitas air dilakukan setiap hari. Penyifonan hanya dilakukan jika air sdah kelihatan jusam karena sisa pakn. Untuk penambahan air dilakukan menggunakan selang air kecil berukurn ¼ inch yang langsung dipompa dari tandon.
3.8 Pemanenan Larva
Larva dipanen atau dipindahkan dari box penetasan ke bak terpal setelah berumur 30 hari, sekaligus dilakukan grading. Larva dipanen dengan cara menggunakan serokan yang halus agar tidak membahayakan pada larva. Larva dipindahkan pada baskom kecil dan dilakukan penggradingan sekaligus penghitungan. Sebelum larva ditebar dilakukan pengecekkan aerasi pada bak. Air didalam bak sudah di isi sehari sebelum dilakukan penebaran. Larva yang sudah digrading langsung ditebar pada 2 buah bak terpal dengan aklimatisasi terlebih dahulu.
3.9 Penebaran Benih
3.9 Penebaran Benih
Larva ditebar ke bak terpal saat mencapai umur 30 hari setelah menetas, atau ketika larva sudah dapat makan cacing. Pemberian pakan sebelumnya berupa kuning telur selama 2 hari, artemia selama 7 hari, dan kutu air (daphnia sp). Penebaran larva dilakukan pada pagi hari pukul 09:00 WIB dengan melakukan aklimatisasi terlebih dahulu untuk penyesuaian suhu air pada bak pendederan. Aklimatisasi yang dilakukan dengan memasukan air kolam kedalam wadah larva sedikit demi sedikit selama 10-15 menit, dan barulah benih ditebar di kolam pendederan. Sebelum benih ditebar dilakukan grading agar tidak terdapat perbedaan ukuran yang mencolok dalm pemeliharaan. Benih yang ditebar berukuran 1- 1,5 cm.
3.10 Pemberian Pakan
3.10 Pemberian Pakan
Pakan selama pendederan berupa cacing cacah yang diberikan pada larva selama 7 hari dan Cacing yang tidak dicacah selama 7 hari. Jadi pemberian cacing dilakukan sampai benih panen yakni berumur 45 hari yang mencapai ukuran ¾ inch. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari, pada pukul 08:00, dan 16:00 WIB. Methode pemberian pakan secara add libitum.
Selama satu minggu pemberian pakan menghabiskan 2 kg cacing. Jadi untuk mencapai panen di Vizan farm menghabiskan cacing sebanyak 4 kg.
3.11 Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah pendederan selama 14 hari pemeliharaan atau benih berumur 45 hari dari telur. Pemanendilakukan pada waktu pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian pada benih, karena stress akibat suhu yang terlalu tinggi. Pemanenan menghasilkan benih ukuran rata-rata ¾ inch. Ciri morfologi yang dapat diamati, bentuk ikan yang telah definitif, gerakan lincah dan kondisi ikan sehat.
IV. ASPEK USAHA
Adapun perhitungan biaya dan keuntungan dalam pembenihan ikan Redfin Albino adalah sebagai berikut :
Biaya investasi pembenihan Redfin albino di Vizan Farm sebesar Rp.7.070.000,-
Biaya Operasional
- Biaya tetap Rp 4.849.000 PP 0,6 tahun atau 7 bulan
- Biaya tidak tetap Rp 1.256.000 BEP (Harga) Rp 5.213.978
Pendapatan Rp 18.042.500 BEP (Unit) 29.785 ekor/tahun
Keuntungan Rp 11.937.500
R/C Ratio Rp 2,95
Tidak ada komentar:
Posting Komentar