I. PENDAHULUAN
Sejak awal pelaksanaan pembangunan perkebunan, karet alam selalu berada dalam urutan prioritas karena secara ekonomis sangat penting sebagai sumber devisa negara, secara sosial sangat strategis sebagai sumber penghidupan sebagian penduduk Indonesia dan secara ekologis mendukung kelestarian lingkungan hidup, sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Penetapan karet sebagai komoditas prioritas dalam pembangunan perkebunan bukan tanpa alasan. Lebih dari 80% pengusahaan karet berada di bawah pengelolaan jutaan petani perkebunan karet dengan luas pemilikan yang relatif kecil dan pengusahaan yang masih bersifat tradisional. Akibatnya produktivitas lahan masih berada di bawah potensi yang seharusnya dapat diraih.
Sejak awal pelaksanaan pembangunan perkebunan, karet alam selalu berada dalam urutan prioritas karena secara ekonomis sangat penting sebagai sumber devisa negara, secara sosial sangat strategis sebagai sumber penghidupan sebagian penduduk Indonesia dan secara ekologis mendukung kelestarian lingkungan hidup, sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Penetapan karet sebagai komoditas prioritas dalam pembangunan perkebunan bukan tanpa alasan. Lebih dari 80% pengusahaan karet berada di bawah pengelolaan jutaan petani perkebunan karet dengan luas pemilikan yang relatif kecil dan pengusahaan yang masih bersifat tradisional. Akibatnya produktivitas lahan masih berada di bawah potensi yang seharusnya dapat diraih.
Pengelolaan perkebunan karet sering mengalami kendala, antara lain masalah organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terutama masalah penyakit. Hampir seluruh bagian tanaman karet menjadi sasaran infeksi dari sejumlah penyakit tanaman, mulai dari jamur akar, penyakit bidang sadap, jamur upas sampai pada penyakit gugur daun. Penyakit karet telah mengakibatkan kerugian ekonomis dalam jumlah miliaran rupiah karena tidak hanya kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang diperlukan dalam pengendaliannya. Diperkirakan kehilangan produksi setiap tahunnya akibat kerusakan oleh penyakit karet mencapai 5-15%. Sesuai dengan undang-undang tentang sistem budidaya tanaman nomor 12 tahun 1992 dan peraturan pemerintah no 6 tahun 1995 bahwa kegiatan perlindungan tanaman merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan mengimplementasikan pengendalian hama terpadu (PHT) yang aman terhadap manusia dan lingkungan.
Dalam mengimplementasikan PHT ada 4 prinsip yang harus dilakukan mulai dari budidaya tanaman sehat, konservasi dan pemanfaatan musuh alami, pengamatan berkala dan berkesinambungan serta pemilik lahan/petani secara individu dan kelompoknya telah menjadi ahli PHT atau mandiri dalam pengambilan keputusan di dalam pengelolaan kebunnya. Peran perlindungan perkebunan sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang semakin besar dan kompleks ini. Tugas dan masalah tersebut akan dapat diatasi dengan baik apabila tersedia petugas yang terampil dan berwawasan luas serta bahan informasi
sebagai pedoman bagi petugas dalam bimbingan dan pengamatan yang akurat agar dapat dilakukan pengendalian yang tepat, untuk mengatasi masalah yang timbul di lapangan.
sebagai pedoman bagi petugas dalam bimbingan dan pengamatan yang akurat agar dapat dilakukan pengendalian yang tepat, untuk mengatasi masalah yang timbul di lapangan.
II. TEHNIK PENGENALAN OPT TANAMAN KARET
Penyakit Jamur Akar Putih
Gejala Serangan
Penyakit Jamur Akar Putih
Gejala Serangan
- Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan
- Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis
- Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup
- Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benangbenang
berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas - Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau R. micropus
Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis
Gejala Serangan
Gejala Serangan
- Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap, apabila dikerok diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam
- Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak membujur pada kulit pulihan
- Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga sangat mempersulit penyadapan berikutnya
- Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
Penyebab: Phytophthora palmivora
Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot
Gejala serangan
Gejala serangan
- Adanya lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapusan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman
- Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu
- Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit
- Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi disadap.
Penyakit Bidang Sadap Kering Alur Sadap
Gejala serangan
Gejala serangan
- Tanaman tampak sehat dan pertumbuah tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal
- Tidak keluar lateks di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak mengeluarkan lateks
- Lateks menjadi encer dan kadar karet kering (K3) berkurang
- Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya
- Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi coklat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok)
- Pada gejala lanjut seluruh panel/kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas
Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan
Gejala serangan
- Timbul bercak coklat kehitaman seperti memar pada permukaan kulit dan dapat timbul mulai dari kaki gajah sampai di percabangan
- Bercak membesar, bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya seluruh kulit batang dan cabang membusuk
- Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan merusak lapisan kambium bahkan sampai ke lapisan kayu
- Serangan lanjut kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp
Gejala serangan
- Stadium Laba-Laba: Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
- Stadium Bongkol: Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
- Stadium Kortisium: Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu
- Stadium Nekator: Jamur membentuk lapisan tebal hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bidang yang terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor
Gejala serangan
- adanya bercak yang tembus cahaya/translucens dan di bawah permukaan daun
terdapat bunder berwarna putih
Penyebab: jamur Oidium sp
Gejala serangan
- adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung. Pada daun umur lebih
dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning selanjutnya bercak
tersebut berlubang
Penyebab: jamur Colletotrichum sp
Gejala serangan
- adanya guratan menyerupai tulang ikan sejajar pada urat daun
Penyebab: jamur Corynespora sp
Gejala Serangan
- Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan memakan akar
- Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan diiringi dengan serangan rayap
sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab
- Microtermes inopiratus
- Coptotermes convignathus
Gejala Serangan
- Tanaman muda tiba-tiba tumbang
- Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kering
Penyebab
Sub barbatus, Sus scrofa vittatus
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati
Penyebab
Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis sp
dan Exopholis sp
GULMA
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Ki
Rinyuh (Chromolaena odorata), dan Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
- Penurunan hasil
- Penurunan kualitas hasil
- Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
- Menjadi inang bagi OPT
- Tertundanya masa panen (sadap)
III. PENGAMATAN OPT TANAMAN KARET
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT dalam sistem PHT adalah kegiatan yang meliputi pemantauan dan pengamatan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian.
Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi secara berkala/teratur pada tempat/wilayah tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas atau petani yang terpilih sebagai sampel (unit contoh) pada kantong-kantong serangan OPT di sentra produksi komoditi utama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan OPT sasaran sehingga dapat ditetapkan
(diramalkan) kerapatan populasi sebaran dan dinamikanya/gejala OPT sasaran pada
kesehatan yang paling dini, sebagai dasar pengambilan keputusan (Early Warning
System). Data pemantauan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan
pengendalian yang telah dilakukan.
Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pada waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilakukan oleh petani di areal kebunnya untuk memperoleh data sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya tindakan pengendalian yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip PHT pada kesempatan paling dini.
Pengamatan dilakukan secara rutin setiap minggu atau bulan sesuai dengan fase rentan
tanaman/saat mulai munculnya gejala serangan.
Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh, organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan tanaman akibat
serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
- Kepadatan populasi
- Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan skoring (berat ringannya
kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali
Intensitas serangan = (jumlah tanaman terserang/jumlah tanaman yang diamati) x 100 %
TEHNIK PENGAMATAN
1. PENYAKIT JAP
Bagian tanaman yang diamati
Perakaran, daun/tajuk terutama pada tanaman yang dekat dengan tunggul karet atau kebun bertunggul karet
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan dimulai sejak tanaman 1-5 tahun terutama pada areal rawan penyakit
Intensitas Serangan
Ringan: benang jamur warna putih baru menempel di permukaan akar, atau kulit akar mulai membusuk karena serangan jamur
Berat: kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur
2. PENYAKIT BIDANG SADAP : KANKER GARIS
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu dekat dengan permukaan tanah dan kebun yang kelembabannya tinggi
Interval pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama kebun-kebun yang sering terkena serangan kanker garis
Intensitas Serangan
Ringan: selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap
Berat : lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
3. PENYAKIT BIDANG SADAP : MOULDY ROT
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan dalam serta kebun yang mempunyai kelembaban tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat: bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
4. PENYAKIT BIDANG SADAP : KERING ALUR SADAP
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan disertai penggunaan bahan perangsang lateks (ethrel)
Interval pengamatan
Setiap hari sadap terutama pada masa gugur daun
Intensitas Serangan
Ringan : Sebagian alur sadap kering
Berat : semua batang kering dan benjol-benjol
5. PENYAKIT BATANG : NEKROSIS KULIT
Bagian tanaman yang diamati
Kulit batang dan cabang
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan sekali pada waktu peralihan musim kemarau ke musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : bercak coklat seperti memar pada permukaan kulit
Berat : kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
6. PENYAKIT BATANG : JAMUR UPAS
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting pada daerah yang bercurah hujan tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi
Intensitas Serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera
Berat : Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
7. PENYAKIT DAUN
Bagian tanaman yang diamati
Daun pada tunas baru smapai daun menjadi hijau (umur 1-15 hari)
Interval pengamatan
Setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru sampai daun menjadi
hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel secara diagonal pada setiap lokasi
pengamatan
Intensitas Serangan
Dinyatakan dalam kerapatan tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas
serangannya, yaitu
- kerapatan tajuk 25 - <> 50- 75 % = serangan ringan
8. HAMA : RAYAP
Bagian tanaman yang diamati
Akar sampai ujung daun, pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan JAP
9. HAMA : BABI HUTAN
Bagian tanaman yang diamati
Akar, kulit batang, batang dan daun tanaman muda
Pengamatan:
- Dilakukan pada areal pertanaman yang berdekatan dengan hutan atau padang alang-alang
- Pengamatan terutama dilakukan menjelang subuh atau menjelang maghrib
- Apabila ada tumpukan sisa tanaman, ranting atau tumbuhan perlu dicurigai kemungkinan merupakan sarang babi betina yang akan melahirkan.
Interval Pengamatan
Dilakukan 4 bulan sekali
10. HAMA : URET
Bagian tanaman yang diamati
Akar dan bahan organik di sekitar tanaman biasanya menyerang tanaman muda dan di
pembibitan
IV. PENGENDALIAN OPT TANAMAN KARET
Prioritas pengendalian OPT karet diutamakan pada tind akan pencegahan yang dimulai daripemilihan klon unggul dan tahan terhadap OPT sasaran, menjaga kesehatan tanaman dengan mengatur kelembaban kebun, sanitasi, pemupukan dan penyadapan yang bijaksana. Pengendalian lebih diutamakan secara biologi seperti penggunaan jamur Trichoderma sp dan penanaman tanaman antagonis di sekitar tanaman karet, misalnya, lidah mertua, kunyit, lengkuas, sambiloto, kencur, lempuyang untuk pengendalian penyakit JAP.
Pada pembukaan lahan baru, sebaiknya kebun bersih dari tunggul-tunggul tanaman yang merupakan sumber infeksi OPT tanaman karet. Untuk pencegahan penyakit yang menyerang akar sebaiknya digunakan belerang 100 gram/pohon yang dicampur dengan tanah pengisi lubang tanam bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk meningkatkan kemasaman tanah. Kondisi tanah yang asam dapat menghambat perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar tersebut.
TEHNIK PENGENDALIAN
- Penyakit Jamur Akar Putih
Deteksi Dini Penyakit
- Penggunaan mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3 minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang JAP akan nampak benang warna putih menempel pada leher akar
- Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan Pengendalian
- Pada serangan ringan, perakaran dibuka kemudian bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar
- Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok, bekas kerokan dan potongan diberi ter dan izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida
- Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali
- 6 bulan kemudian diamati dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
- Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun
- Bekas lubang dan 4 tanaman sekitarnya ditaburi dengan 200 gram campuran richoderma sp dengan pupuk kandang 200 gram per lubang atau tanaman
- Pencegahan dengan menanam tanaman antagonis seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain. - Penyakit Bidang Sadap: Kanker Garis
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan yaitu PR 300 dan PR 303
- Jarak tanam tidak terlalu rapat, tanaman penutup tanah yang terlalu lebat
dipangkas
- Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
- Hindari penyadapan terlalu dekat dengan tanah
- Pisau sadap diberi desifektan sebelum digunakan
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida dengan kuas di sepanjang jalur 5- 10 cm diatas dan di bawah alur sadap
- Bagian yang membusuk dibersihkan dulu dengan dikerok sampai pada bagian yang masih sehat, baru dioles dengan fungisida
- Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan sebelum lateks membeku - Penyakit Bidang Sadap: Mouldy Rot
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit seperti GT 1
- Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan
- Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2 menjadi S2/d3 atau S2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat
- Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getak tarik belum dilepas
- Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat - Penyakit Bidang Sadap: Kering Alur Sadap
Deteksi Penyakit
Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah
Pengambilan Keputusan
- segera dilakukan pengendalian apabila sebagian alur sadap mengalami kekeringan
- perlu waspada apabila lateks mulai encer
Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjukkan kekeringan alur sadap
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering bisa dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia (Antico F-96, No BB)
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali
- Penambahan 160 gram pupuk KCl/pohon/tahun dari dosis anjuran - Penyakit Batang : Nekrosis Kulit
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah rawan penyakit ini
- Pada prinsipnya sama dengan pengendalian penyakit KAS tetapi ditambah dengan fungisida yang telah direkomendasikan
- Sebelum dioles, kerak pada bidang sadap dikerok dulu. Pengolesan 30 cm sampai keadaan atas batang infeksi dan 20 cm sampai ke bawah batas infeksi
- Pada serangan ringan pengolesan cukup sekali saja, tetapi pada serangan berat bisa diulang pada bulan berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai
tanaman sehat
- Batang/cabang tanaman sehat di sekitar tanaman terserang disemprot atau dioles dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas
- Batang atau cabang tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan sumber infeksi jamur - Penyakit Batang : Jamur Upas
Pengambilan Keputusan
Perlu waspada dan segera dikendalikan apabila pada daerah rawan serangan penya jamur
upas terdapat cabang/ranting tanaman yang patah
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
- Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat
- Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan
- Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles
dengan fungisida Bubur Bordo, Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan ke bawah
- Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks
- Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang
sakit - Penyakit Daun
Pengendalian
- Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR 104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
- Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih mudah diserap oleh akar
- Pada serangan berat dikendalikan dengan cara disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari) - Hama : Rayap
Pencegahan
- Sanitasi areal perkebunan
- Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru
- Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian
- Membongkar sarang
- Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B. Bassiana dan Metarrhizium spp)
- Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5 meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram termitisida 2,5 – 4 liter per meter
- Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida cair yang disuntik ke pusat sarang - Hama : Babi Hutan
Pengendalian
- Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap
- Memberi pagar di sekitar areal kebun
- Membuat parit di sekitar areal kebun
- Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya perbakin
- Pemberian umpan beracun, hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan - Hama : Uret
Pengendalian
Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan dimatikan - Gulma Penting
Pengendalian
- Penyiangan 0,5-1 meter sekeliling tanaman (piringan) harus bersih dari gulma
- Penanaman tanaman penutup dari jenis kacang-kacangan (Centrosema pebescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Calopogonium caereleum).
Penanaman pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau 1,5-2 meter dari barisan tanaman
- Penanaman tanaman sela misalnya tanaman padi, jagung, kacang tanah, kedelai dan dari jenis tanaman obat misalnya kunyit, jahe, lengkuas dan sebagainya
Sri Dewi Judawi
Holomoan Lumbantobing
Retno Budi Setyaningsih
Direktorat Jenderal Perkebunan
Departemen Pertanian
Jakarta, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar