Diantara berbagai jenis hama, tikus (rattus argentiventer) merupakan hama yang paling menjengkelkan karena sulit diberantas. Tikus merupakan binatang bersifat jera hama, yaitu tidak akan memangsa umpan beracun yang sama bila ia pernah memakannya. Perkembangbiakannya pun sangat cepat. Dalam setahun sepasang tikus mampu beranak hingga 1.270 ekor.
Tikus menyerang tanaman padi mulai dari yang masih di persemaian, stadia vegetatif sampai setelah membentuk biji. Artinya, tikus sangat menyukai daun, batang, maupun biji padi. Dalam pengendaliannya, sebaiknya dilakukan dengan cara-cara terpadu.
Teknik Budidaya
Pengendalian dengan cara ini adalah melakukan penanaman padi secara serentak agar serangan hama tidak mengarah hanya pada beberapa petak sawah saja. Idealnya, penanaman serentak dilakukan pada sawah seluas 20 hektar. Bila penanaman serentak tidak mungkin dilakukan karena petani di sekitar areal persawahan kita tidak mau melakukannya maka dengan teknik ini setidaknya sudah dapat mengurangi intensitas serangan hama tikus.
Cara Biologis
Pengendalian secara biologis antara lain membiarkan berbagai hewan predator tikus seperti ular sawah dan burung hantu hidup di sekitar aral persawahan.
Cara Fisik
Pengendalian tikus secara fisik dilakukan dengan cara pemasangan perangkap. Perangkap tikus berupa anyaman kawat besi — banyak dijual di pasaran — yang di dalamnya diberi umpan.
Untuk menghemat, perangkap bisa dibuat sendiri dari batang bambu. Caranya, batang bambu berdiameter 9 cm dipotong sepanjang 30 cm. Salah satu ujungnya harus tertutup ruas dan ujung lainnya terbuka (mirip lubang). Setelah dinding bambu diolesi lem tikus, masukan umpan ke dalamnya. Tikus akan tertarik untuk masuk lubang dan tubuhnya melekat pada lem.
Selain dengan lem, bagian dalam batang bambu juga bisa diolesi bubur kanji yang sudah dicampur dengan gerusan cabe rawit. Namun, batang bambu yang digunakan untuk cara ini kedua ujungnya harus terbuka. Letakan perangkap ini di depan lubangnya atau pada tempat-tempat yang sering dilalui tikus. Tikus yang melewati terowongan bambu tersebut akan terkena kanji pedas sehingga matanya menjadi buta dan akhirnya mati.
Bisa juga tikus diberi umpan dengan menggunakan umbi gadung. Bila tujuannya untuk menekan perkembangbiakan tikus, umbi yang digunakan adalah umbi gadung KB (dioscorea composita). Sementara bila tujuannya untuk mengurangi populasinya, umbi yang digunakan harus umbi gadung racun (dioscorea hispida). Pemberian umpan ini yang terbaik saat tanaman berada pada fase vegetatif. Bila umpan diberikan pada fase generatif, umpan tidak akan dimakan karena tikus lebih tertarik pada bulir padi.
disamping menggunakan perangkap dan umpan, cara lain adalah dengan menggunakan buah jengkol atau mengkudu yang sudah hampir busuk. Kedua buah tersebut menyebarkan aroma bau tidak sedap yang tidak disukai tikus. Cara penggunaannya adalah dengan mengiris-irisnya, lalu disebarkan di areal sawah yang diserang tikus.
Cara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah melakukan upaya goropyokan, yaitu memburu tikus dengan menghancurkan atau membongkar sarang-sarang tikus yang ada di sekitar areal persawahan. Biasanya dari sarang tersebut tikus akan keluar. Selain pembongkaran, cara lain untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya dengan pengomposan atau pengasapan belerang.
Tikus yang keluar dari sarangnya harus langsung ditangkap dengan cara diburu. Untuk memudahkan dalam perburuan bisa menggunakan bantuan anjing. Supaya lebih efektif, sebaiknya dilalukan secara bersama-sama dengan petani lain. Akan lebih baik lagi apabila kegiatan ini dilakukan oleh petani yang berbeda di areal yang berbeda pula. Namun, jika hal ini tidak bisa dilakuakan maka perlakuan di areal yang sama pun setidaknya dapat mengurangi populasi tikus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar